Rahim Pengganti

Bab 75 "Hallo Madu"



Bab 75 "Hallo Madu"

0Bab 75     

"Hallo Madu"     

Minggu pagi, semua orang sudah bersiap untuk pergi ke panti asuhan, Melody juga sudah tertawa bahagia. Mengenai kucing, sudah diurus oleh Bian, pria itu tidak bisa berlama lama berjauhan dengan sang istri, setelah pulang dari makan malam kucing tersebut ternyata sudah dikembalikan lagi ke rumah hewan. Bian tidak ingin memperpanjang masalahnya dengan sang istri. Sudah cukup beberapa jam, di diamkan oleh istrinya itu.     

"Mas jangan lupa bajunya warna biru ini yang, kamu jangan sampai salah pakai, kita akan foto bersama nanti," teriak Carissa dari luar kamar mandi. Bian yang sedang membersihkan dirinya hanya membalas dengan teriak singat. Setelah selesai dengan urusan sang suami, Caca segera turun.     

"Semua sudah siap mbak. Kita tinggal tunggu Mas Bian, terus berangkat," lapor Siska.     

"Oke. Makasih ya dek, oh ya buat tetangga dekat sini, bingkisannya juga sudah di berikan?" tanya Carissa.     

"Sudah ibu, tadi saya dan Sumi yang antar. Mereka juga menitipkan doan untuk si adek."     

"Terima kasih ya bi Sumi dan bi Susi, sudah mau membantu."     

Tak lama Bian sudah berada di sana, mereka pun segera berangkat karena acara akan diadakan pukul 10.00 pagi. Kali ini perjalanan mereka, berbeda dari sebelumnya yang hanya ada kesunyian, sekarang Carissa sudah lebih banyak berbicara, bahkan genggaman tangga tidak dilepaskan oleh Bian.     

Ponsel milik, Carissa berbunyi wanita itu segera mengangkat telpon tersebut namun, Caca sedikit ragu dengan nomor yang menelpon sebuah nomor asing yang tidak ada di kontaknya. Ragu ya, Caca ragu untuk mengangkat telpon tersebut, hingga akhirnya Caca mematikan ponselnya.     

Nomor tersebut sudah sejak kemarin mencoba menelpon dirinya, namun tidak ada sekalipun dirinya mencoba menerima. Carissa adalah tipe orang yang tidak akan mengangkat telpon dari orang yang tidak di kenal.     

Sejak dulu, Carissa sudah seperti itu bahkan pernah. Ponsel Bian ketinggalan, lalu pria itu meminjam ponsel Andrian untuk memberikan kabar kepada Caca. Cukup lama Bian menghubungi istrinya, untuk memberikan kabar.     

"Siapa?" tanya Bian.     

"Gak tahu Mas. Gak ada nomor nya," jawab Caca.     

"Diterima aja. Siapa tahu, penting. Udah angkat aja," ucap Bian. Namun, Carissa tetap dengan pendiriannya, wanita itu tidak akan mengangkat telpon dari orang yang tidak di kenal. Bian hanya bisa menghela napasnya, istrinya itu tidak bisa dikalahkan.     

***     

Mobil mereka sudah sampai di tempat acara, Caca dan Bian segera turun terlihat sang anak sudah tertawa bahagia saat di gendong oleh bunda Iren.     

"Kalian dari mana aja kok lama?" tanya Mama Ratih.     

"Maaf ya Ma. Tadi mampir beliin ini kue buat anak anak," jawab Carissa. Mama Ratih tersenyum menantu nya itu, selalu saja bisa membuat orang lain bahagia.     

"Kamu gendong itu Melody. Kasihan mbak Iren dari tadi gendong nya," ucap Mama Ratih. Carissa langsung menuju ke arah sang bunda. Melody yang melihat bundanya langsung merentangkan tangan, anak itu ingin di gendong oleh Carissa. Melihat anaknya seperti itu, membuat Caca langsung mengambil Melody dan membawa anaknya ke dalam dekapannya.     

Acara demi acara sudah selesai, Melody terlihat sangat senang saat berbagi dengan teman teman nya di panti asuhan, anak itu terlihat sangat aktif dan bahagia. Melihat hal itu membuat Bian dan juga Carissa sangat bahagia.     

"Selesai juga ya Sayang," ujar Bian sembari memeluk pingang sang istri."     

"Iya Mas. Aku gak nyangka kalau, Melody bisa sebahagia ini. Kirain dia bakalan gerah karena bangyakt orang."     

"Anak kita itu strong kayak bundanya makanya dia betah. Lihat lah nanti, Melody pasti seperti kamu, yang selalu peduli dengan orang sekitar," balas Bian.     

"Mbak!" panggil Siska. Carissa pun, menoleh ke belakang.     

"Kenapa dek?" tanya Caca.     

"Tadi kata adek adek ada yang cari Mbak Caca, dia lagi nunggu di taman belakang. Cuma aku gak tahu siapa orang nya mbak," ucap Siska.     

"Siapa?" tanya Caca. Siska hanya menggelengkan kepalanya, belum sempat diri nya menjawab seseorang sudah membawa Siska. Carissa bingung dengan siapa yang katanya, ingin bertemu dengannya. Karena sejauh ini, semua orang yang ada di panti asuhan sudah bertemu dengannya dan berkumpul seluruhnya.     

"Aku ke sana dulu ya Mas. Nanti aku ke sini lagi," pamitnya.     

"Mas ikut ya."     

"Gak perlu Mas. Aku hanya sebentar kok," balas Carissa.     

Bian mengangukkan kepalanya, lalu Carissa mulai pergi dari sana menuju halaman belakang, di mana Siska mengatakan bahwa ada seseorang yang ingin bertemu dengan dirinya. Ada perasaan aneh yang mengganjal di dalam hatinya, hanya saja Carissa tidak tahu perasaan apa itu.     

Saat sampai di sana, ada seseorang yang berpakaian serba hitam, duduk di bangku panjang. Jantung Caca berdetak, sangat kencang hal itu membuat dirinya semakin takut namun, Caca menyakinkan dirinya bahwa tidak akan terjadi apa apa.     

"Permisi anda mencari saya? Ada apa ya?" tanya Caca dengan lembut. Wanita itu mengangkat kepalanya, sontak saja Carissa memundurkan langkahnya kaget dengan siapa yang ada di depannya saat ini. Tubuh Carissa bergetar, bayangan saat kecelakaan beberapa waktu lalu berputar di depannya.     

"Hallo Madu," sapa orang itu, dengan senyum yang mengejek.     

Carissa terdiam, menatap ke arah depan. Takut apa yang dia lihat saat ini takutnya salah. Tapi tidak, orang yang dia lihat nyata wanita di depannya saat ini adalah Della. Istri pertama Bian, mengingat hal itu membuat Carissa hanya bisa merasakan nyeri di dadanya.     

***     

"Santai saja, Ca. Atau kamu lebih nyaman di panggil dengan Maduku?" tanya Della dengan senyum mengejek. Wanita itu tertawa puas ketika melihat raut wajah, Carissa yang takut dan tertekan. Hal itu semakin, membuat Della bahagia hal seperti ini lah yang sejak dulu ingin dirinya lakukan.     

Melihat Carissa menderita sedikit demi sedikit. "Jangan bersikap seperti ini, Ca. Kita sudah lama tidak bertemu, rasa nya aku kangen dengan semua yang ada."     

"Kapan kamu keluar? Kenapa bisa kamu kelaur," ucap Caca dengan nada menahan tangisnya. Carissa menahan laju air mata nya tidak mau terlihat lemah di depan Della.     

"Ha ha ha. Kenapa kamu berharap aku lama di dalam sana? Kamu pikir, Bian akan dengan sengaja membiarkan aku menderita?! Tidak Caca Sayang, suami yang paling aku cintai itu memberikan keadilan untuk aku. Dia sudah membayar semua dendam, dan membebaskan aku," ucap Della.     

Mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Della membuat Caca terdiam, wanita itu ingin tidak mempercayai semua ucapa Della tapi nyata nya apa yang diucapkan Della benar. Suami nya itu, selalu menghubungi seseorang untuk menangani sesuatu dan ya sesuatu nya itu adalah membuat Della terbebas dari dalam penjara.     

"Aku datang ke sini pengen melihat calon anak aku. Eh bukan calon, ya karena memang dia sejak lahir sudah menjadi anak aku."     

Deg     

Jantung Carissa berdetak sangat kuat, wanita itu terdiam dengan ucapan yang dilontarkan Della.     

"Gak masalah hari ini kamu bersama nya, di ulang tahun selanjutnya akan aku yang menemani. Kamu masih ingat bukan, tunggu sebentar lagi aku akan datang dan merebut semuanya," ujar Della dengan nada angkuh.     

Dari arah kejauhan Bian mendekat istrinya itu, pria itu merasakan sesuatu yang berbeda di dalam hatinya. Ada rasa takut, yang menyerang entah apa yang akan terjadi yang jelas Bian merasakan sesuatu yang tidak beres akan terjadi.     

"Sayang!!" panggil Bian.     

Kedua wanita itu saling menoleh dan seketika Bian rasanya ingin terjatuh melihat siapa yang ada di samping istrinya. Jantung Bian rasanya mau lepas, senyum dibibirnya sudah hilang.     

"Hai suamiku!!"     

###     

Udha bab 75 yaaa. Bakalan memashkin volume 2 nih, semoga Bian bisa berjuang demi Caca yaa. Selamat membaca dan terima kasih. Love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.